Senin, 01 Juni 2015

Tour Pulang Kampung (dan Efisiensi, My Favourite Bus - Part 2)

Setelah berlelah-lelah mengikuti kegiatan perkuliahan di semester dua, akhirnya saya dapat pulang ke kampung halaman untuk mengumpulkan semangat baru.



Empat tahun yang lalu...
Pertama kali lihat bis ini di Mbah Gugel, saya langsung jatuh cinta pada karena keunikan, keanggunan, dan kepopulerannya. Itulah bis Efisiensi. Eh sebelumnya jangan salah sangka dulu, saya cinta sama cewek kok, hanya saja saya tertarik dengan bis ini karena hampir setiap tahun selalu berganti armada. PO Efisiensi melayani penumpang jurusan Purbalingga-Jogjakarta, Jogjakarta-Purwokerto dan Cilacap-Jogjakarta. Saya tertarik dan penasaran dengan metode yang digunakan perusahaan itu untuk mencapai Break Even Point, meskipun sampai saat ini memang hanya pengusahanya yang tahu. Akan tetapi hal yang membuat saya semakin tertarik adalah banyak fans yang tergabung dalam grup pecinta bis Efisiensi di Facebook. Mempunyai grup fans, terlebih yang berjalan begitu dinamis, merupakan suatu fenomena dan kebanggaan tersendiri bagi setiap pemilik perusahaan otobus, tak terkecuali dengan Pak Eri yang mempunyai PO Efisiensi. Grup Facebook sendiri bisa menjadi indikator kedinamisan suatu PO dalam mewujudkan armada yang canggih dan pelayanan yang prima. Maka untuk meningkatkan citra positif dan mengakrabkan diri dengan para fans, Pak Eri sering sekali mengadakan acara kopdar ataupun buka puasa bersama.

Saat ini...
Sudah sekian lama saya menanti waktu untuk pulang kampung. Terkadang saya sering putar otak untuk mencari cara supaya prosesi pulang kampung (lebay deh) menjadi suatu hal yang berkesan. Satu-satunya cara yang memungkinkan adalah berpindah-pindah bis dari satu kota ke kota lain atau estafet. Tips dari saya, jangan lakukan estafet jika dalam kondisi terburu-buru, karena hal ini cukup menyita waktu dan hanya untuk senang-senang saja. So, here it is.

18 Mei 2015
Ceritanya bercakap-cakap dengan orangtua, terus dibolehin. Setelah itu saya merencanakan rute pulang kampung deh, dan akhirnya dapat juga. Bandung - Purwokerto - Jogja - Kartasura - Salatiga. Yeayyy!!

24 Mei 2015
Bis Sinar Jaya
Kebetulan dari pagi hari saya sedang main ke tempat om, jadi sekitar jam 17.30, saya diantar oleh om ke Terminal Cicaheum. Sebenarnya nekat juga karena saya belum membeli tiket bis hehehehehe. Pokoknya jangan ditiru deh apalagi pada saat kondisi mudik. Berdasarkan pantauan Mbah Gugel, ada dua pilihan utama bis ke Purwokerto, yaitu Budiman dan Sinar Jaya. Akan tetapi semua Bis Budiman telah berangkat, alhasil hanya Sinar Jaya yang masih nongkrong di terminal. Syukurlah, akhirnya dapat juga tiketnya! Setelah diusut ternyata bis legendarisnya Pantura Banyumas itu tidak penuh, sehingga saya duduk sendiri. Bis pun berangkat pada jam 19.03. 

Untuk informasi, Bis Sinar Jaya yang saya gunakan ini adalah bis dengan tipe body Evolution buatan Karoseri Rahayu Santosa. Mesinnya sudah jelas, Hino RK, jurusan Bandung-Purwokerto-Wonosobo. Kelasnya sih Eksekutif, tapi jangan samakan Eksekutifnya Sinar Jaya ataupun bis Muriaan dengan bis Wonogirian. Beda euy! Bis ini berkapasitas sekitar 43 kursi (kalau eksekutif bis Wonogirian berkapasitas 30 kursi/7 baris dan memiliki sandaran kaki, meskipun tidak bisa dipakai sandaran hati). Kalau tidak salah ada sekitar 20 -an orang yang naik bis ini.

Sambil menikmati perjalanan, saya pun menghubungi sahabat saya yang masih kuliah di Jogjakarta via telepon. Namanya Natalia. Nah Lia ini kelahiran 1995, anaknya baik, ndak neko-neko, perhatian, namun belum mempunyai tambatan hati. Eh ini bukan website cari jodoh ya. Nah ternyata selama kami menelepon, jalanan pun padat merayap sehingga bis ini tidak dapat berlari kencang. 

Dua jam kemudian kami mengakhiri pembicaraan dan sekitar pukul 08.30 saya tiba di turunan Nagreg. Saya ingin memejamkan mata sejenak, namun apadaya saya tidak bisa. Entah gaya menyetir sopirnya yang kasar atau jalannya yang terlalu berkelok, namun faktor-faktor tersebut membuat saya sulit memejamkan mata. Setelah Ciawi (Kabupaten Tasikmalaya), jalan pun berangsur-angsur mulai lurus. Saya pun tertidur.

Pukul 23.00 kami tiba di sebuah rumah makan di daerah Ciamis. Saya ingin memotret bis ini dari luar, namun HP saya rusak sehingga terkadang tidak dapat menyimpan memori dengan baik. Pukul 23.30 bis mulai berangkat kembali. Sopir yang kedua ini bisa membawa bis ini berjalan lebih baik, dan saya kembali tertidur, meskipun terkadang saya terbangun. Untungnya saya bisa melihat Terminal Karangpucung (fansnya Budiman dan Gapuraning Rahayu pasti tahu terminal ini).

25 Mei 2015
Bis Efisiensi
Tiba-tiba saya terbangun pada jam 01.30. Kondektur berkata "Rawalo, Rawalo, yang turun Rawalo". Wah, sudah dekat Purwokerto nih, tapi kok masih pagi banget ya? Benar saja, pukul 02.05 saya tiba di Terminal Bulupitu. Hal yang semakin luar biasa adalah saya tidak membawa bacaan buku, baterai HP mudah drop, dan terminal yang sangat sepi. Ketika saya duduk di bangku, saya berkali-kali ditanya oleh tukang becak, tukang ojek, dan supir taksi. Pertanyaan mereka pun sama, "Mau kemana?" Saya pun hanya menggelengkan kepala. Terminal bis pun masih sepi, sehingga tidak ada hiburan dari bis-bis yang lewat. Satu-satunya hiburan saya adalah peta Pulau Jawa dan petunjuk kilometer antar kota. Kemudian saya menemukan WC yang didepannya terdapat penyewaan jasa isi baterai HP, dan sekitar jam 05.30 baterai sudah cukup penuh. Saya pergi ke agen tiket Efisiensi untuk membeli tiket jurusan Jogja. Yeayy!

Bis yang saya tumpangi ini adalah bis kedua yang berangkat dari Purwokerto pada pagi itu, karena alasan menunggu baterai HP penuh, saya pun meng-skip bis pertama yang berangkat jam 05.00. Setelah membayar, saya diberi tiket yang bentuknya seperti struk belanjaan disertai nomer tempat duduk dan barcode, suatu pelayanan yang luar biasa untuk ukuran bis AKAP jarak dekat.

Tiket Bis Efisiensi yang Berbentuk seperti Struk Belanjaan

Perlahan-lahan saya kembali ke area bis terparkir. Saya menatap takjub akan kecantikannya. Setelah masuk, saya mencium aroma bis yang wangi. Everything is new!


Kursinya Besar dan Empuk, Buatan Aldilla

Jarak Antar Kursi Sangat Lega, Kapasitas 43 Kursi

Blower Air Conditioner (AC)

Pada jam 06.00 tepat, supir bis mulai memundurkan bisnya, dan bergerak. Suara khas mesin Hino RK menemaniku menikmati pemandangan sawah yang berkabut dan matahari yang bangkit dari peraduan. Sebagai informasi, bis yang saya tumpangi kali ini adalah bis buatan Karoseri Adiputro dengan model Jetbus HD2+ (tetapi nama model ini bisa dimodifikasi, misalnya menjadi Jetbus Set3) yang mirip dengan bis luar negeri Setra 500. Kursi yang besar dan empuk buatan Aldilla membuat suasana perjalanan menjadi sangat nyaman. Tidak lupa pasti sopir membunyikan klakson khasnya, telolet telolet.


Stiker Lambang Jetbus Set3

Awalnya bis tidak penuh, namun setelah berkunjung ke agen-agen yang berada di antara Purwokerto dan Kebumen, bis ini pun menjadi penuh. Sekitar pukul 08.00, bis ini tiba di tempat istirahat kebanggaan PO Efisiensi, Rest Area Wonosari. Nama Wonosari tersebut diambil dari nama desa tempat rest area tersebut berada. Kira-kira kami beristirahat selama 10 menit. Cukup waktu untuk membeli sedikit makanan, pergi ke toilet, ataupun sekadar berfoto dengan bis. Sayang sekali saya tidak bertemu bis Efisiensi jurusan Cilacap-Jogja.

Bis Efisiensi yang Sedang Berhenti di Rest Area Wonosari

Kembarannya Bis yang Saya Tumpangi, Tujuan Purwokerto

Sekitar jam 08.10, bis saya bertolak kembali menuju Jogjakarta. Pemandangan alam sawah yang membentang dari Kabupaten Banyumas hingga Kabupaten Kulonprogo menghiasi perjalanan kami. Akhirnya, saya tiba di Terminal Giwangan, Jogjakarta pada pukul 10.45 dan segera pergi menuju parkiran bis Surabayaan.

Bis Eka
Akhirnya saya memilih Bis Eka untuk melanjutkan perjalanan menuju Solo. Sayang sekali karena keterbatasan baterai, saya hanya bisa mendokumentasi sedikit perjalanan. Pukul 11.15, bis berangkat menuju Surabaya dan saya turun di Perempatan Kartasura pada jam 12.45. Bis Eka yang saya gunakan ini adalah bis dengan model Jetbus buatan Karoseri Morodadi Prima yang membalut sasis Hino RK.


Suasana Perjalanan Bis Eka


Jarak Antar Kursi Cukup Lega

Bis Rajawali
For the last stage, saya menggunakan jasa bis PO Rajawali jurusan Semarang-Solo pada pukul 13.00, dan akhirnya tiba di kota tercinta pada pukul 14.35. Maaf-maaf kata karena tidak ada dokumentasi. Jangankan untuk foto, untuk sekedar telepon pun tidak ada sisa baterai. Hal yang saya ingat adalah bahwa bis Rajawali ini adalah bis berbalut body Nucleus3 buatan Karoseri Laksana, juga bermesin Hino RK.

Akhirnya, saya pun sampai di rumah tercinta sekitar pukul 14.45, dan estafet pulang kampung pun berakhir. 


Foto Tiket Bis-bis Hasil Estafet

Kamis, 26 Maret 2015

Reopening: Kuliah Untuk Mencari IP? (Part 1)

      Sudah lama sekali aku tidak membuat tulisan baru di grup ini, namun aku selalu berharap ada yang membaca tulisan ini. Masa SMP dan SMA ku sudah lewat, saatnya masa kuliah menjadi jalan hidupku. Banyak suka duka yang aku alami selama kuliah: tugas banyak, jauh dari orang tua, materi yang cukup sulit untuk dipahami. Terkadang ada keluhan yang muncul dari dalam hati: Apa ini hal yang harus kuhadapi? Kemudian aku mengingat masa lalu, ketika harus mendaftar kuliah melalui jalur SNMPTN, mana yang harus aku pilih? Aku begitu galau, dan akhirnya aku memutuskan aku mendaftar di salah satu fakultas di perguruan tinggi milik negeri. Aku begitu berharap dapat diterima di kampus itu, karena kampus itu telah mencetak manusia-manusia yang baru, yang memiliki intelektualitas tinggi, kritis, analitis, serta menjunjung tinggi sikap-sikap luhur. [Setelah masuk di PTN tersebut, aku menyadari bahwa kejujuran dan tanggung jawab menjadi hal yang selalu diutamakan di tempat tersebut dan menjadi syarat pelaksanaan tugas, kuis, dan ulangan. Jarang sekali PTN di tempat lain yang menjunjung tinggi sikap yang selayaknya menjadi dasar kehidupan.] Aku sangat berharap bahwa aku dapat diterima di tempat itu, dan syukurlah bahwa Tuhan menjawab doaku, dan aku pun lolos seleksi SNMPTN. Pada saat ospek, aku dan teman-temanku selalu disadarkan bahwa banyak orang yang ingin masuk ke perguruan tinggi tersebut, namun sayang bahwa mereka belum mempunyai kesempatan. Pada saat itu kami selalu ditekankan untuk bersyukur dan rajin belajar karena hal tersebut.
      Setelah aku masuk kuliah, terutama di semester 2, ada rasa bosan yang terus melanda, sampai akhirnya nyaris untuk melakukan aksi bolos. Syukurlah hal itu bisa dihindari. Namun rasa kejenuhan dalam belajar masih belum dapat dihindari, apalagi setiap minggu kuliah berlangsung itu-itu saja sehingga bisa dibilang cukup membosankan. Supaya menghindari kejenuhan, maka aku menulis beberapa quotes dari orang-orang terkenal pada schedule board, diantaranya:
  • Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan. (Imam Syafi'i)
  • Tujuan dari belajar adalah terus tumbuh. Akal tidak sama dengan tubuh, akal terus bertumbuh selama kita hidup (Martimer A.)
  • Kepala yang baik dan hati yang baik adalah kombinasi yang hebat. Namun saat kamu menambahkan lidah / pena yang terpelajar, maka kamu memiliki sesuatu yang sangat istimewa (Nelson Mandela)
  • KULIAH adalah cara berpikir yang PRAKTIS, ANALITIS, LOGIS
      Rasa jenuhku perlahan-lahan mulai hilang seiring seringnya aku membaca rangkaian kata-kata yang luar biasa itu. Perlahan tapi pasti bahwa keluh kesah itu berubah menjadi semangat untuk memahami materi yang diberikan. Namun masih ada rasa yang mengganjal yang ada dalam pikiran dan hatiku...

to be continued...