Jumat, 22 Januari 2016

Pemahaman Agama: Roda Kehidupan Rohani

Bila anda membaca post berjudul Pilihan, mungkin anda merasa bingung dengan pembahasan yang berputar-putar. Ya, karena sebenarnya saya ingin menunjukkan kepada anda tentang pilihan sebagai bagian dari kehidupan. Pilihan mungkin adalah sesuatu yang dibenci kebanyakan orang, namun saya ingin menunjukkan esensi dari sebuah pilihan. Dalam post kali ini, saya ingin membahas tentang cara yang Tuhan berikan dalam memahami sebuah pilihan, bahkan memahami tentang kehidupan itu sendiri.

Mungkin juga anda bertanya-tanya mengapa judul dari post kali ini adalah Roda Kehidupan Rohani (RKR)? Karena RKR adalah sebuah konsep yang berakar pada cara diri sendiri untuk memahami Allah sebagai jalan kebenaran. Sekali lagi mungkin pos ini terlalu bertemakan rohani kristiani, namun sebenarnya juga dapat dikorelasikan pada kerohanian setiap agama. Dalam post Pilihan, saya menulis ada cara untuk membuat diri menjadi lebih peka akan rencana Allah, dan RKR adalah cara yang saya maksud. Mari kita lihat filosofi dari nama RKR tersebut.

"Bis tanpa roda? Bagaimana mungkin?"

Roda sering sekali dihubungkan dengan hal yang berbau dinamis dan memberi kemudahan, membantu penggunanya dalam membawa suatu barang atau transportasi. Bayangkan apabila bis tidak ada rodanya! Roda juga sering dikaitkan dengan kehidupan. Ya, tentu saja anda sering mendengar istilah "roda itu berputar, kadang di atas, kadang di bawah". Roda dalam RKR ini juga terkait akan kehidupan, yaitu melambangkan kehidupan rohani kita agar selalu dinamis dan menyesuaikan kondisi saat ini. Itulah mengapa sebabnya dinamakan Roda Kehidupan Rohani.

Melalui filosofi tersebut, Roda Kehidupan Rohani memiliki elemen-elemen penting dalam menunjang pergerakan hidup rohani. Kebetulan sekali sebelumnya bahwa konsep RKR ini dikenalkan oleh Pak Gig (guru agama SMP saya) kepada murid-muridnya. Dalam setiap penjelasan, Pak Gig selalu mempunyai analogi mengenai elemen-elemen RKR dengan kebiasaan yang kita lakukan di dalam kehidupan (yang nantinya akan saya bahas dalam penjelasan-penjelasan tiap elemen). Beliau menjelaskan kepada kami ada lima hal penting yang menjadi elemen dasar RKR dalam membentuk kehidupan rohani yang lebih baik. 

1. Berdoa



"Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa." (Markus 6:46)

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Markus 14:38)

"Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17)

Ada sekian banyak ayat-ayat Alkitab yang membahas tentang kebiasaan Yesus untuk pergi menyendiri dan berdoa pada awal hari. Ia berdoa kepada Bapa, dan digambarkan pula bahwa Yesus berdoa seperti bercakap-cakap dengan Bapa. Melalui cerita tersebut, kita dapat menyimpulkan berdoa adalah suatu hal yang krusial, penting, dan bermakna di dalam hidup kita. Berdoa merupakan lambang kita dalam berkomunikasi dengan Allah Bapa. Bila dihubungkan dengan kehidupan, komunikasi menjadi patokan untuk membangun relasi yang baik dengan orang tua, teman, sahabat. Tentu saja tanpa komunikasi, hidup ini akan terasa hambar. Demikian pula, kita selayaknya sadar untuk membangun relasi dengan Tuhan, yaitu mulai dengan berkomunikasi. 

Berdoa tidak hanya sekedar aku ini begini aku ingin begitu (kayak lagunya Doraemon hehehe), namun juga mulai dari hal-hal sederhana, yaitu mengucap syukur dan memohon ampun atas dosa yang kita perbuat. Untuk membangun relasi doa, selayaknya kita merendahkan diri dihadapan Tuhan, dan mengingat apa yang telah Tuhan perbuat pada kita. Tidak perlu kata-kata yang bagus untuk berdoa, ingat ini bukan ujian essay! Tuhan hanya menginginkan kesungguhan kita dalam berdoa, dan yang penting, Tuhan rindu akan kita.

2. Membaca Kitab Suci



"Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar." (1 Timotius 4:13)

"Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan." (Roma 10:11)

Membaca surat cinta dari orang yang terkasih (sekarang ngga jaman ya, sekarang tinggal SMS juga bisa hehehe) adalah hal yang terindah yang selalu dirindukan setiap orang. Biasanya surat selalu ditulis dengan begitu indahnya, supaya pembacanya tidak merasa bingung, atau mungkin ditulis dengan penuh makna yang tersirat, sehingga pembacanya semakin fokus untuk menangkap apa yang disampaikan oleh penulis. Demikian pula Tuhan! Ia yang mencintai kita dengan segenap hati, menulis surat cinta yang luar biasa untuk kita baca dan resapi. Bahkan karena luar biasa, surat cintanya menjadi best seller! Apa itu? ALKITAB.

Alkitab adalah rangkaian-rangkaian kata penuh makna yang berisi berbagai macam hal yang baik adanya sebagai anugerah dari Tuhan, juga berisikan cerita tentang kebaikan Tuhan terhadap setiap orang (dititikberatkan dalam Injil Yohanes). Bagaimanapun, Tuhan ingin kita membaca surat cintanya, namun sayang sekali biasanya kita hanya menjadikan Alkitab sebagai pajangan, bahkan sampai Alkitabnya berdebu! Termasuk di rumah saya, hehehe. Mungkin orang akan bertanya tentang susahnya mengartikan alkitab. Oleh karena itu beberapa penerbit menerbitkan buku-buku pegangan hasil renungan para romo untuk mengerti dan menghayati makna kitab suci. So, tidak ada alasan lagi untuk tidak membaca kitab suci.

3. Bersekutu



"Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." (Kisah Para Rasul 2:42)

"Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan." (Filipi 2:1)

Bagaimana rasanya bila anda bertemu orang yang Anda rindukan, misalnya pacar, sahabat, teman? Tentu rasanya akan senang kan? Bayangkan apa yang akan terjadi. Kita akan mulai membahas banyak hal yang menghubungkan keterkaitan kita satu sama lain. Keakraban dan bahan obrolan yang tidak habis-habis disebabkan karena adanya kesamaan pandangan dan harapan untuk saling membangun dan menguatkan individu dalam kelompok tersebut. Melalui analogi tersebut, kita dapat memahami bagaimana sebuah persekutuan menjadi sangat penting dalam pengembangan diri dan sesama.

Persekutuan memiliki peran yang penting dalam kehidupan, karena melalui persekutuan, kita dapat melakukan sharing pengalaman kristiani, curhat, dan yang paling penting adalah sebagai sarana penguatan komitmen untuk menghayati hidup kristiani. Ingatlah bahwa suatu persekutuan harus dibentuk berdasarkan kesamaan pandangan untuk menghayati kehidupan Allah. Ada banyak sekali persekutuan yang memusatkan diri pada Allah dan orang kudus lainnya sebagai semangat penggerak persekutuan, misalnya Legiomariae, Komunitas Tritunggal Mahakudus, dan Persekutuan Doa Karismatik Katolik.

Gedung gereja pada dasarnya juga sudah melambangkan persekutuan dari gereja-gereja (yaitu diri kita masing-masing) yang berhimpun dan bersatu untuk memuji dan memuliakan Allah. Susunan liturgi, terutama dalam Gereja Katolik, jelas sekali menggambarkan urutan yang luar biasa indah apabila dihayati secara mendalam. Akan tetapi tidak cukup kita hanya berhenti sampai mengikuti misa dari awal sampai akhir, karena berdasarkan pengalaman, banyak sekali orang yang akhirnya terkungkung dalam ritualitas liturgi. Jelas salah kaprah, bukan? Nah, dengan persekutuan ini, kita akan diajak untuk saling mengingatkan sesama sekaligus merefreshkan diri kembali mengenai ajaranNya, terutama apakah kita sudah menghayati hidup kristiani atau belum, dan juga sebagai contoh, apakah kita sudah menghayati sakramen dan kekayaan liturgi atau belum.

4. Pelayanan



"Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati." (2 Korintus 4:1)

"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26)

Berdoa, sudah. Baca kitab suci, sudah. Bersekutu, sudah. Apakah masih ada yang kurang? Ya! Misalnya begini, kita mencintai orangtua kita karena kasih sayang yang mereka limpahkan kepada kita. Oleh karena itu, wujud utama kita mencintai orangtua adalah membantu/melayani mereka ketika sedang membutuhkan pertolongan. Demikian pula Tuhan, yang mengharapkan agar kita tidak diam dalam menghadapi persoalan-persoalan dunia. Ingatlah bahwa Tuhan membutuhkan kita sebagai perpanjangan tanganNya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan ataupun memperluas karya nyataNya di bumi ini. Kita telah diciptakan Tuhan sebegitu berharganya sehingga alangkah luar biasa apabila kita mau melayani sebagai wujud nyata cinta kasih kita kepadaNya.

Pelayanan menjadi semakin krusial dalam hidup kita, terlebih apabila kita telah mendapatkan sakramen krisma. Krisma berarti bahwa ikatan para anggota gereja semakin diteguhkan dengan kekuatan Roh Kudus. Orang yang menerima Sakramen Krisma sudah dianggap dewasa untuk menjadi saksi Kristus ke seluruh dunia. Kasarnya, orang yang telah menerima Sakramen Krisma harusnya "sadar diri" untuk bangkit keluar dari kenyamanan gereja dan berbaur di masyarakat untuk mewartakan Kerajaan Allah dan membagikan sukacita surgawi.

Pelayanan tidak harus dilakukan dengan sebegitu rumitnya, dan bisa dilakukan dari hal-hal yang kecil, misalnya membantu memberi makan kepada para pemulung, memberikan penghiburan pada orang-orang yang sakit atau dilanda masalah. Tuhan tidak akan melihat kuantitas dari pelayanan-pelayanan yang kita lakukan. Kita juga dapat bergabung ke beberapa komunitas yang mengutamakan pelayanan kristiani kepada sesama yang membutuhkan (bukan pelayanan untuk mengkristenkan), contohnya Komunitas Sant'Egidio yang berbasis untuk menjadi orang-orang yang tersingkirkan menjadi sahabat.

Satu hal yang perlu kita waspadai, yaitu jangan sampai apa yang kita lakukan dalam pelayanan, baik di dalam gereja maupun di masyarakat adalah demi membuat diri menjadi terkenal dan dipandang masyarakat. Karena apabila terjadi hal seperti itu, maka sesungguhnya kita mencuri kemuliaan Allah, dalam arti bahwa orientasi kita adalah ingin dihargai, bukan sebagai wujud nyata untuk mendalami hidup kristiani.

5. Sakramen

Kata sakramen memang tidak terdapat pada kitab suci. Sakramen berasal dari bahasa Latin saccramentum yang secara harafiah berarti "menjadikan suci". Selain itu sakramen juga dapat didefinisikan sebagai "tanda kehadiran Allah". Dalam kekatolikan, terdapat tujuh sakramen, yaitu pembaptisan, ekaristi, krisma, imamat, perkawinan, pengurapan orang sakit, dan rekonsiliasi. Melalui tanda kehadiran Allah, kita sudah sepantasnya menghayati dengan sungguh-sungguh liturgi yang ada, sehingga kita dapat semakin merasakan dan mendalami keintiman hubungan kita dengan Allah.

Penyakit yang sering sekali menghinggapi setiap orang adalah mudah bosan dan cenderung mengikuti alur ritualitas. Selain itu saya merasa pendidikan keagamaan dalam memahami setiap tahap dalam sakramen dirasa kurang mendalam. Padahal apabila disadari, kedalaman arti sakramen sungguh luar biasa. Saya menyarankan kepada pembaca untuk sekedar browsing ataupun bertanya kepada romo/pastur. Selanjutnya, berdasarkan apa yang telah kita ketahui, pelan-pelan kita berlatih untuk konsentrasi dan fokus terhadap urutan-urutan liturgis, serta yang paling penting, memohon bantuan Tuhan untuk memaknai peristiwa liturgi sebagai sarana pendekatan pribadi.

Epilog

Bagaimanapun juga kelima hal ini harus dilaksanakan dengan rutin, tidak mungkin hanya melakukan salah satu saja. Roda itu bulat, kalau misalnya ada elemen yang terlepas, misalnya bentuk rodanya tinggal seperlima, maka itu bukanlah roda lagi. Artinya, apabila kita tidak melakukan salah satu saja, kehidupan rohani kita tidak dapat bergerak dengan dinamis. Memang cukup untuk melakukannya, namun dengan ketulusan, kerendahan hati, dan permohonan akan bimbingan Tuhan, kita dapat bergerak bersama untuk mewujudkan kehidupan rohani yang lebih baik. Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar