Wajah sekolahku sedang berubah. Lapangan sekolah yang dulu benar-benar berdebu kini sedang ditata rapi. Melalui pintu kelasku, aku dapat melihat perubahan yang terjadi pada lapangan. Bangunan-bangunan yang mengelilinginya menjadi saksi bisu atas perubahan itu, dan andaikan mereka dapat berbicara, mungkin mereka akan mengekspresikan rasa kagum seperti diriku.
Kadang-kadang aku dan teman-temanku suka mengamati lapangan dari tangga di sebelah utara lapangan sembari menyandarkan diri pada gagang tangga. Lapangan begitu luas, tertutup oleh pasir abu-abu. Di sekelilingnya ada jalur batu bata yang dihaluskan, apabila dilihat dari jauh bagaikan karpet merah. Disamping jalur bata, ada jalan paving mengelilingi sekitar tiga per empat lapangan. Setengah dari lapangan pasir itu telah ditanami rumput. Mungkin sebulan lagi, rumput itu akan terlihat seperti permadani hijau yang mampu menyegarkan mata yang sering menyaksikan kerasnya hidup. Pepohonan, bunga, dan rumput raja yang ditanam rapi di tepi kian mempercantik lapangan, yang memberikan kesejukan udara pada hari itu. Selain itu, di ujung kanan terdapat arena lompat jauh yang berada di bawah rindangnya pohon apel. Hari itu ada beberapa tukang yang sedang mempercantik lapangan. Dua orang sedang menyiram rumput, dua orang menanam rumput, dua orang lainnya sedang membuat landasan tiang bendera di sebelah barat. Selain itu ada dua orang lagi, yang satu sedang meratakan pasir, dan yang lainnya membuat jalan batu.
Ketika aku memandang jauh ke arah selatan, terdapat lahan yang belum dipercantik. Lahan itu merupakan bekas bangunan yang diratakan, dan tumpukan sisa bangunan masih terlihat menggunung di sana. Di dekatnya terdapat empat pohon yang seolah-olah mati, namun mereka masih memiliki harapan untuk hidup dan menghijaukan SMA Negeri 1 Salatiga. Mungkin lahan dan pohon itu seolah-olah menciptakan suasana gersang, namun siapa tahu wajah mereka berubah di masa yang akan datang.